Kevin's POV
Aku penasaran apa sebenarnya yang Hana tulis di bukunya. Pernah aku merebut buku itu darinya, tapi dia malah manyun. Manis sekali. Aku suka sekali menggodanya. Aku suka melihat pipinya yang bersemu.
Aku penasaran apa sebenarnya yang Hana tulis di bukunya. Pernah aku merebut buku itu darinya, tapi dia malah manyun. Manis sekali. Aku suka sekali menggodanya. Aku suka melihat pipinya yang bersemu.
Kemarin Papa menyuruhku
menemaninya ke kantor. Aku juga bingung, padahal kan aku masih SMA. Kenapa juga
aku harus ikut ke kantor Papa. Apa Papa ingin menjadikanku seorang direktur
muda. Kalau itu benar terjadi mungkin aku akan menjadi direktur paling muda di
Indonesia.
Saat dalam perjalanan ke kantor
aku berfikir. Apa kata Hana ya kalau aku bilang aku adalah direktur perusahaan
Papa. Ah, mungkin dia akan berkata “Ah, itu tidak mungkin Vin, memangnya kamu
jenius apa sampai-sampai papamu mempercayakan perusahaannya padamu.” Aku
geleng- geleng sambil berusaha mengusir bayangan itu.
“Kamu kenapa Vin?pusing?”tanya
Papa.
“nggak Pa, Cuma ngilangin bayangan
yang gak jelas di otakku,”jawabku sambil nyengir.
“Awas ya kalau bertingkah aneh di
Kantor. Jangan malu-maluin Papa,”ucap Papa tegas.
“Iya Pa,”ucapku.
Sesampainya di Kantor, kami di
sambut oleh seorang pria seumuran Papa dan juga seorang gadis seumuranku. OMG,
dia lebih manis dari Hana. Eh, tunggu dulu. Emangnya Hana manis ya. Ah,
kayaknya enggak deh. Dia kan suka
marah-marah gak jelas.
“Eh, kalian sudah datang rupanya.
Ayo mari ke ruangan saya,”kata Papa.
Di ruang direktur.
“Perkenalkan ini Kevin, anak
pertama saya. Dia ini calon penerus perusahaan ini lho,”ucap Papa sambil
sesekali tertawa.
“Wah, Kevin sudah besar ya. Gagah,
seperti ayahnya,”ucap laki-laki itu sambil tertawa.
“Oh iya Kevin, kenalin ini Aditya
teman Papa dan juga ini putrinya Mona. Mona cantik ya Vin,”kata Papa.
“Ah paman, jangan bikin Mona
malu,” kata Mona.
“Tapi, bener kok kata Papa, kamu
itu cantik,”ucapku sambil tersenyum.
Papa dan Om Adit tertawa.
“Kevin, mulai besok Mona akan bersekolah di
sekolahmu. Om titip Mona ya di sekolah,”ucap Om Adit.
“Beres Om, serahkan sama Kevin.
Kevin akan jagain Mona,”ucapku.
Itulah awal perkenalanku dengan
Mona.
Besoknya ketika Hana tiba-tiba
meninggalkanku, aku dapat telefon dari Mona. Katanya dia menungguku di koridor
depan sekolah. Aku langsung berjalan cepat. Waktu aku melihat Mona berdiri di
ujung koridor tatapan mataku hanya tertuju padanya. Aku berbalik dan aku
melihat Hana berdiri mematung di sana. Ku perkenalkan Mona padanya.
Sudah beberapa minggu ini aku dan
Hana jarang berkomunikasi. Bisa di bilang semenjak ada Mona hubungan kami jadi
renggang. Hana seperti menghindar dariku. Aku smspun dia jarang membalasnya.
Kalau ketemu dia pasti bilang pulsaku abis Vin, maaf. Ku ajak bergabung bersama
dengan Mona pun dia enggan. Hana, sebenarnya ada apa sih denganmu?
Hari ini aku melihatnya di taman
sekolah lagi, dia selalu mencoret-coret bukunya. Apa sih yang dia tulis?Hana,
aku rindu padamu. Tanpa sadar aku berjalan mengendap-ngendap di belakang Hana
lalu menutup matanya. Sial, dia langsung menebak kalau itu aku. Apa dia tidak
punya teman lain selain aku. Sebenarnya aku ingin memperbaiki hubungan kami,
tapi yang ada malah pertengkaran karena hal sepele. Heran saya, Hana kok bisa
berubah 180 derajat. Aku kecewa padanya. Sangat kecewa.
Keesokan harinya aku tidak
melihatnya di sekolah.
“Kamu kenapa sih sayang?dari tadi
gelisah,”ucap Mona padaku.
“Nggak apa-apa kok, hanya saja
dari tadi pagi aku nggak liat Hana, biasanya kan dia duduk di taman sebelah
sana,” ucapku sambil menunjuk ke arah taman.
“Coba deh tanya temen sekelasnya,
siapa tau dia lagi bosen di taman,”kata Mona lagi.
“Ntar aja deh, lagian aku lagi
sebel sama Hana. Kita ke kantin yuk sayang,”ucapku sambil merangkul Mona.
Sesampainya di kantin aku memesan
makanan favoritku. Mie Ayam dan juga jus tomat.
“Kalian bertengkar ya?”tanya Mona.
Aku menangguk sambil makan mie
ayam kesukaanku.
“Apa gara-gara aku?”tanya Mona
lagi.
Aku hampir tersedak.
“Bukan karena kamu kok sayang, itu
karena ego kita masing-masing,”ucapku.
Ketika sedang enak-enaknya makan,
di samping meja kami ada teman sekelas Hana. Dina, Vita dan Revan.
“Bentar ya sayang,”ucapku ke Mona.
Mona mengangguk.
“Din, Vit, Van, kalian melihat
Hana nggak hari ini?”tanyaku.
“Lho, bukannya Hana selalu
bersamamu Vin,”ucap Revan meremehkan.
“Oh, pasti gara-gara wanita itu
kan, kasihan Hana. Padahal dia begitu setia padamu Vin,”ucap Dina ketus.
Aku menengok ke arah Mona, tapi
dia masih tampak tenang.
“Aku tanya baik-baik, kenapa
kalian malah begitu,”ucapku emosi.
“Asal kau tau, Hana hari ini tidak
masuk. Mungkin dia sakit. Sakit hati. Pacarnya selingkuh,”ucap Vita tak kalah
ketusnya dengan Dina.
“Kalau kau tidak bisa membuat Hana
bahagia, seharusnya kau serahkan Hana padaku Vin,”ucap Revan.
Aku begitu emosi tapi aku tahan.
Ingin rasanya aku menonjok Revan. Tapi aku gak mau bikin keributan.
“Asal kalian tau, Hana dan aku
hanya bersahabat, nggak lebih. Dan kau Revan, kalau kau suka sama Hana,
seharusnya kau bilang padanya,”ucapku menahan emosi.
“Aku pasti sudah bilang padanya
seandainya saja kalian tidak besama-sama setiap hari,”ucap Revan lagi.
Aku hampir saja kehilangan
kendali.
“Vin, ayo kita pergi,”kata Mona
sambil menepuk bahuku.
Kenapa mereka berfikir aku dan
Hana pacaran. Apa Hana juga berfikir begitu. Ah, nggak mungkin.
Sudah tiga hari ini Hana tidak
masuk, kata Ibunya dia sedang pergi ke luar kota untuk bertemu sepupunya. Aku
lega. Setidaknya dia baik-baik saja.
Semenjak tiga hari Hana menghilang
dari sekolah, Hana kelihatan berbeda. Dia lebih pendiam dari sebelumnya. Dia
juga jarang ikut olahraga. Bahkan bisa di bilang tidak pernah ikut. Badannya
agak kurusan dan wajahya juga pucat. Apa dia sakit?
Sudah lama aku nggak melihat Hana
tertawa. Tapi kali ini tawanya begitu mengerikan. Entah kenapa aku begitu takut
kehilangannya. Kupegang dagunya dan ku tatap matanya dan berkata jangan
tinggalkan aku. Aku kaget ketika tiba-tiba Mona memanggil namaku. Lebih kaget
lagi saat dia mengucapkan kata putus. Hana menyuruhku mengejarnya dan aku
menurutinya. Entah kenapa saat itu aku seperti orang bodoh saja.
Aku berhasil mengejar Mona, tapi
Mona tidak mau mendengar penjelasanku. Dan aku kembali kepada Hana. Hana
menatapku sedih.
Akhir-akhir ini Hana sering
berdandan, jadi aku menggodanya. Tapi, dia malah kelihatan sedih lalu pergi.
Katanya mau mencarikan obat untukku. Memangnya aku sakit apa?
Sambil menunggu Hana kembali aku
bergabung dengan anak-anak basket. Lumayan buat ngilangin penat. Selesai
bermain basket aku duduk di bangku taman sekolah menunggu Hana kembali. Tapi
dia tak kunjung datang.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku
dari belakang.
“Vin, ini aku bawakan
obatnya,”Ucap Hana sambil tersenyum.
“Cantik,”batinku.
Ketika aku melirik ke kanan, aku
kaget ada Mona di situ. Oh, ini tho
obat yang di maksud Hana. Akupun tersenyum pada Mona dan Mona membalas senyumanku.
Aku bahagia. Pacar dan sahabatku
akhirnya bisa berdamai seperti ini. Eh, emang mereka pernah berantem?Ok, setidaknya mereka
bisa akrab. Itu membuatku lega.
Kadang aku merasa menjadi makhluk
paling egois. Bagaimana tidak, aku punya pacar secantik Mona dan punya sahabat
semanis dan sebaik Hana. Pantas saja banyak Pria yang iri padaku. Bahkan ada
yang pernah bilang padaku aku memonopoli mereka. Kadang ada yang bilang padaku
bahwa aku sudah punya Mona, jadi kenapa aku tidak menyerahkan Hana padanya.
Enak saja, siapa dia. Berani-beraninya mau mengambil Hana dariku. Tapi kadang
aku heran juga, kenapa ya Hana belum pacaran juga sampai sekarang?Apa dia
pernah menyukai seseorang?kenapa dia tidak cerita padaku ya.
Akhirnya aku lulus SMA juga. Sore
ini aku, Mona dan Hana berkumpul di cafe tak jauh dari sekolahku.
Ketika aku menanyakan kepada Hana
tentang kuliah, jawabanya sulit untuk aku cerna. Seolah-olah dia akan pergi
jauh dariku. Memikirkan ini membuatku tidak nyaman. Aku lalu berusaha menepis
pikiran negatifku tentang Hana dengan bertanya pada Mona. Dan Mona bilang dia
tidak akan kuliah di tempat yang sama denganku. Ah, ada apa sih dengan kalian
berdua. Jangan tinggalkan aku bidadari-bidadariku.
Aku tersentak ketika tiba-tiba
Hana berlari ke arah toilet.
”Kenapa dia, kenapa terburu-buru
sekali,”batinku.
“Kenapa dia?”tanyaku pada Mona.
“Entahlah,”jawab Mona.
Aku menunggunya kembali dari
toilet. Jujur perasaanku nggak enak. Entah kenapa aku jadi khawatir dengannya.
“Kevin, jangan gelisah begitu. Aku
akan menyusulnya. Bagaimanapun ini sudah 15 menit,”ucap Mona.
Ketika Mona hendak berdiri,
Handphoneku berdering.
“sms dari siapa?”tanya Mona.
“dari Hana,”jawabku.
From:Hana chibi
Kevin, maaf aku pulang duluan
Ada urusan mendadak
Aku membalasnya
To : Hana chibi
Kenapa kau tidak memberitahuku langsung.
Jantungku hampir copot karena
mengkhawatirkanmu.
Send
1 New Message
From : Hana chibi
Maaf
Apa?maaf?hanya itu.
“Mona, Hana udah pulang. Katanya
ada urusan mendadak,”kataku.
“Oh, syukurlah. Kukira terjadi
sesuatu dengannya,”ucap Mona.
Walau Hana sudah sms, tapi hatiku
tetap saja gelisah. Sepertinya ada yang ditutupi oleh Hana. Tapi, dia kan tidak
pernah menyembunyikan sesuatu dariku. Apa mungkin dia sudah punya pacar?kenapa
tidak mengenalkannya padaku.
“Kevin, kenapa tiba-tiba cemberut
begitu,”tanya Mona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar