Minggu, 25 Mei 2014

My Friengship is My Love Part II

Kevin's POV

Aku penasaran apa sebenarnya yang Hana tulis di bukunya. Pernah aku merebut buku itu darinya, tapi dia malah manyun. Manis sekali. Aku suka sekali menggodanya. Aku suka melihat pipinya yang bersemu.
Kemarin Papa menyuruhku menemaninya ke kantor. Aku juga bingung, padahal kan aku masih SMA. Kenapa juga aku harus ikut ke kantor Papa. Apa Papa ingin menjadikanku seorang direktur muda. Kalau itu benar terjadi mungkin aku akan menjadi direktur paling muda di Indonesia.
Saat dalam perjalanan ke kantor aku berfikir. Apa kata Hana ya kalau aku bilang aku adalah direktur perusahaan Papa. Ah, mungkin dia akan berkata “Ah, itu tidak mungkin Vin, memangnya kamu jenius apa sampai-sampai papamu mempercayakan perusahaannya padamu.” Aku geleng- geleng sambil berusaha mengusir bayangan itu.
“Kamu kenapa Vin?pusing?”tanya Papa.
“nggak Pa, Cuma ngilangin bayangan yang gak jelas di otakku,”jawabku sambil nyengir.
“Awas ya kalau bertingkah aneh di Kantor. Jangan malu-maluin Papa,”ucap Papa tegas.
“Iya Pa,”ucapku.
Sesampainya di Kantor, kami di sambut oleh seorang pria seumuran Papa dan juga seorang gadis seumuranku. OMG, dia lebih manis dari Hana. Eh, tunggu dulu. Emangnya Hana manis ya. Ah, kayaknya enggak deh.  Dia kan suka marah-marah gak jelas.
“Eh, kalian sudah datang rupanya. Ayo mari ke ruangan saya,”kata Papa.
Di ruang direktur.
“Perkenalkan ini Kevin, anak pertama saya. Dia ini calon penerus perusahaan ini lho,”ucap Papa sambil sesekali tertawa.
“Wah, Kevin sudah besar ya. Gagah, seperti ayahnya,”ucap laki-laki itu sambil tertawa.
“Oh iya Kevin, kenalin ini Aditya teman Papa dan juga ini putrinya Mona. Mona cantik ya Vin,”kata Papa.
“Ah paman, jangan bikin Mona malu,” kata Mona.
“Tapi, bener kok kata Papa, kamu itu cantik,”ucapku sambil tersenyum.
Papa dan Om Adit tertawa.
“Kevin,  mulai besok Mona akan bersekolah di sekolahmu. Om titip Mona ya di sekolah,”ucap Om Adit.
“Beres Om, serahkan sama Kevin. Kevin akan jagain Mona,”ucapku.
Itulah awal perkenalanku dengan Mona.
Besoknya ketika Hana tiba-tiba meninggalkanku, aku dapat telefon dari Mona. Katanya dia menungguku di koridor depan sekolah. Aku langsung berjalan cepat. Waktu aku melihat Mona berdiri di ujung koridor tatapan mataku hanya tertuju padanya. Aku berbalik dan aku melihat Hana berdiri mematung di sana. Ku perkenalkan Mona padanya.
Sudah beberapa minggu ini aku dan Hana jarang berkomunikasi. Bisa di bilang semenjak ada Mona hubungan kami jadi renggang. Hana seperti menghindar dariku. Aku smspun dia jarang membalasnya. Kalau ketemu dia pasti bilang pulsaku abis Vin, maaf. Ku ajak bergabung bersama dengan Mona pun dia enggan. Hana, sebenarnya ada apa sih denganmu?
Hari ini aku melihatnya di taman sekolah lagi, dia selalu mencoret-coret bukunya. Apa sih yang dia tulis?Hana, aku rindu padamu. Tanpa sadar aku berjalan mengendap-ngendap di belakang Hana lalu menutup matanya. Sial, dia langsung menebak kalau itu aku. Apa dia tidak punya teman lain selain aku. Sebenarnya aku ingin memperbaiki hubungan kami, tapi yang ada malah pertengkaran karena hal sepele. Heran saya, Hana kok bisa berubah 180 derajat. Aku kecewa padanya. Sangat kecewa.
Keesokan harinya aku tidak melihatnya di sekolah.
“Kamu kenapa sih sayang?dari tadi gelisah,”ucap Mona padaku.
“Nggak apa-apa kok, hanya saja dari tadi pagi aku nggak liat Hana, biasanya kan dia duduk di taman sebelah sana,” ucapku sambil menunjuk ke arah taman.
“Coba deh tanya temen sekelasnya, siapa tau dia lagi bosen di taman,”kata Mona lagi.
“Ntar aja deh, lagian aku lagi sebel sama Hana. Kita ke kantin yuk sayang,”ucapku sambil merangkul Mona.
Sesampainya di kantin aku memesan makanan favoritku. Mie Ayam dan juga jus tomat.
“Kalian bertengkar ya?”tanya Mona.
Aku menangguk sambil makan mie ayam kesukaanku.
“Apa gara-gara aku?”tanya Mona lagi.
Aku hampir tersedak.
“Bukan karena kamu kok sayang, itu karena ego kita masing-masing,”ucapku.
Ketika sedang enak-enaknya makan, di samping meja kami ada teman sekelas Hana. Dina, Vita dan Revan.
“Bentar ya sayang,”ucapku ke Mona.
Mona mengangguk.
“Din, Vit, Van, kalian melihat Hana nggak hari ini?”tanyaku.
“Lho, bukannya Hana selalu bersamamu Vin,”ucap Revan meremehkan.
“Oh, pasti gara-gara wanita itu kan, kasihan Hana. Padahal dia begitu setia padamu Vin,”ucap Dina ketus.
Aku menengok ke arah Mona, tapi dia masih tampak tenang.
“Aku tanya baik-baik, kenapa kalian malah begitu,”ucapku emosi.
“Asal kau tau, Hana hari ini tidak masuk. Mungkin dia sakit. Sakit hati. Pacarnya selingkuh,”ucap Vita tak kalah ketusnya dengan Dina.
“Kalau kau tidak bisa membuat Hana bahagia, seharusnya kau serahkan Hana padaku Vin,”ucap Revan.
Aku begitu emosi tapi aku tahan. Ingin rasanya aku menonjok Revan. Tapi aku gak mau bikin keributan.
“Asal kalian tau, Hana dan aku hanya bersahabat, nggak lebih. Dan kau Revan, kalau kau suka sama Hana, seharusnya kau bilang padanya,”ucapku menahan emosi.
“Aku pasti sudah bilang padanya seandainya saja kalian tidak besama-sama setiap hari,”ucap Revan lagi.
Aku hampir saja kehilangan kendali.
“Vin, ayo kita pergi,”kata Mona sambil menepuk bahuku.
Kenapa mereka berfikir aku dan Hana pacaran. Apa Hana juga berfikir begitu. Ah, nggak mungkin.
Sudah tiga hari ini Hana tidak masuk, kata Ibunya dia sedang pergi ke luar kota untuk bertemu sepupunya. Aku lega. Setidaknya dia baik-baik saja.
Semenjak tiga hari Hana menghilang dari sekolah, Hana kelihatan berbeda. Dia lebih pendiam dari sebelumnya. Dia juga jarang ikut olahraga. Bahkan bisa di bilang tidak pernah ikut. Badannya agak kurusan dan wajahya juga pucat. Apa dia sakit?
Sudah lama aku nggak melihat Hana tertawa. Tapi kali ini tawanya begitu mengerikan. Entah kenapa aku begitu takut kehilangannya. Kupegang dagunya dan ku tatap matanya dan berkata jangan tinggalkan aku. Aku kaget ketika tiba-tiba Mona memanggil namaku. Lebih kaget lagi saat dia mengucapkan kata putus. Hana menyuruhku mengejarnya dan aku menurutinya. Entah kenapa saat itu aku seperti orang bodoh saja.
Aku berhasil mengejar Mona, tapi Mona tidak mau mendengar penjelasanku. Dan aku kembali kepada Hana. Hana menatapku sedih.
Akhir-akhir ini Hana sering berdandan, jadi aku menggodanya. Tapi, dia malah kelihatan sedih lalu pergi. Katanya mau mencarikan obat untukku. Memangnya aku sakit apa?
Sambil menunggu Hana kembali aku bergabung dengan anak-anak basket. Lumayan buat ngilangin penat. Selesai bermain basket aku duduk di bangku taman sekolah menunggu Hana kembali. Tapi dia tak kunjung datang.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dari belakang.
“Vin, ini aku bawakan obatnya,”Ucap Hana sambil tersenyum.
“Cantik,”batinku.
Ketika aku melirik ke kanan, aku kaget ada Mona di situ. Oh, ini tho obat yang di maksud Hana. Akupun tersenyum pada Mona dan Mona membalas senyumanku.
Aku bahagia. Pacar dan sahabatku akhirnya bisa berdamai seperti ini. Eh, emang  mereka pernah berantem?Ok, setidaknya mereka bisa akrab. Itu membuatku lega.
Kadang aku merasa menjadi makhluk paling egois. Bagaimana tidak, aku punya pacar secantik Mona dan punya sahabat semanis dan sebaik Hana. Pantas saja banyak Pria yang iri padaku. Bahkan ada yang pernah bilang padaku aku memonopoli mereka. Kadang ada yang bilang padaku bahwa aku sudah punya Mona, jadi kenapa aku tidak menyerahkan Hana padanya. Enak saja, siapa dia. Berani-beraninya mau mengambil Hana dariku. Tapi kadang aku heran juga, kenapa ya Hana belum pacaran juga sampai sekarang?Apa dia pernah menyukai seseorang?kenapa dia tidak cerita padaku ya.
Akhirnya aku lulus SMA juga. Sore ini aku, Mona dan Hana berkumpul di cafe tak jauh dari sekolahku.
Ketika aku menanyakan kepada Hana tentang kuliah, jawabanya sulit untuk aku cerna. Seolah-olah dia akan pergi jauh dariku. Memikirkan ini membuatku tidak nyaman. Aku lalu berusaha menepis pikiran negatifku tentang Hana dengan bertanya pada Mona. Dan Mona bilang dia tidak akan kuliah di tempat yang sama denganku. Ah, ada apa sih dengan kalian berdua. Jangan tinggalkan aku bidadari-bidadariku.
Aku tersentak ketika tiba-tiba Hana berlari ke arah toilet.
”Kenapa dia, kenapa terburu-buru sekali,”batinku.
“Kenapa dia?”tanyaku pada Mona.
“Entahlah,”jawab Mona.
Aku menunggunya kembali dari toilet. Jujur perasaanku nggak enak. Entah kenapa aku jadi khawatir dengannya.
“Kevin, jangan gelisah begitu. Aku akan menyusulnya. Bagaimanapun ini sudah 15 menit,”ucap Mona.
Ketika Mona hendak berdiri, Handphoneku berdering.
“sms dari siapa?”tanya Mona.
“dari Hana,”jawabku.
From:Hana chibi
Kevin, maaf aku pulang duluan
Ada urusan mendadak
Aku membalasnya
To : Hana chibi
Kenapa kau tidak memberitahuku langsung.
Jantungku hampir  copot karena mengkhawatirkanmu.
Send
1 New Message
From : Hana chibi
Maaf
Apa?maaf?hanya itu.
“Mona, Hana udah pulang. Katanya ada urusan mendadak,”kataku.
“Oh, syukurlah. Kukira terjadi sesuatu dengannya,”ucap Mona.
Walau Hana sudah sms, tapi hatiku tetap saja gelisah. Sepertinya ada yang ditutupi oleh Hana. Tapi, dia kan tidak pernah menyembunyikan sesuatu dariku. Apa mungkin dia sudah punya pacar?kenapa tidak mengenalkannya padaku.
“Kevin, kenapa tiba-tiba cemberut begitu,”tanya Mona.
“Entahlah, moodku sedang buruk. Ayo pulang,”ucapku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

home

adobe (1) Adobe Illustrator (1) aktor (1) aktor Jepang (1) angka (1) cemara (1) cinta (1) dani (1) dani pedrosa (1) daniel (1) design (1) dokter (1) dorama (3) fans (1) Favorit (1) hardware (1) honda (1) huruf (1) ideologi (1) Ikemen (1) install (1) itazura (1) japan (1) jepang (1) kampus (1) kewarganegaraan (1) keyboard (1) kiss (1) komputer (1) kotoko (1) kuliah (1) laptop (1) love story (1) man (1) motogp (1) naoki (1) ogurin (1) Pancasila (1) pedrosa (1) perawat (1) PKK (1) poor (1) rich (1) sabadel (1) satomi (1) satomi ishihara (1) shun (1) shun oguri (1) software (1) spanyol (1) Tama (1) Tamamori Yuta (1) tokyo (1) tombol (1) tugas (1) tutorial (1) vektor (1) woman (1) Yuta (1)