Kamis, 27 November 2014

My Friendship is My Love Part IV

Kevin POV
“Hana,”teriakku melihat tubuh Hana yang tiba-tiba ambruk di depanku.
Aku membaringkan Hana di shofa. Aku bingung, apakah aku harus membawa ke Hana ke rumah sakit sekarang atau aku panggil saja Rio, dia kan dokter.
Aku melangkah ke luar rumah dan memanggil Rio.
“Ada apa Vin? Kok kamu panik gitu,”ucap Rio tenang.
“Hana,”baru saja aku menyebut nama itu, Rio langsung berlari masuk ke rumah Hana.
Aku menyusulnya.

“Kenapa bisa pingsan?kau apakan dia?”tanya Rio dengan nada membentak.
“Aku tidak tahu,dia baik-baik saja kan?”ucapku lirih.
“hm, hanya sedikit shock. Kau apakan dia?”ucapnya dengan deathglare tajam.
“Aku hanya ingin dia jujur padaku, itu saja,” ucapku.
“Kalau kau sudah tahu semuanya lebih baik kau berpura-pura tidak tahu,”ucapnya.
“Kenapa?”tanyaku.
“Karena itu lebih baik. Hana tidak ingin kau tahu tentang penyakitnya,”ucap Rio datar.
“Kenapa dia merahasiakan hal sepenting ini dariku, apa dia benar-benar membenciku?”gumamku lirih.
“dia tidak membencimu,justru sebaliknya dia sangat mencintaimu, karena itu Hana tidak ingin kamu berada di dekatnya hanya karena kasihan padanya,”ucap Rio.
Aku menghampiri Hana yang sedang terbaring di sofa. Ku genggam tangannya. Masih hangat. Syukurlah.
“Kenapa kau selalu sok kuat di depanku?”ucapku sambil tersenyum.
“Sebaiknya kita pindahkan saja Hana ke kamar,”ucapku pada Rio.
Rio mengangguk.
Aku mengangkat tubuh Hana lalu memindahkannya ke kamar. Aku manatapya nanar.
Aku menggenggam tangannya lalu berkata, “Hana, kenapa kamu nggak bilang dari dulu kalau kamu mencintaiku, kenapa kamu merahasiakan ini semua dariku. Sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat untuk membahagiakanmu. Aku sudah terlanjur melamar Mona. Maaf aku tidak meminta persetujuan dulu darimu.Aku mencoba menghubungimu, beberapa kali datang ke rumah tapi di rumahmu selau sepi, ku pikir kau pindah.”
Aku mencium tangannya. Tanpa terasa air mataku meleleh.
“Minggu depan aku akan menikah, maafkan aku Hana,”ucapku sambil menangis.
“Kamu harus kuat, aku tahu kamu pasti bisa meski tanpa aku,aku pamit dulu,”ucapku.
Rio menatapku tajam saat aku melewatinya. Dia menahan pundakku. Ekspesinya benar-benar menyeramkan, sepertinya dia akan marah padaku. Aku siap. Rio menyeretku ke ruang tamu. Aku pasrah saja.
“Kau bilang apa tadi?”tanya Rio lirih. Sepertinya dia menahan amarahnya.
Aku hanya menunduk.
“Apa tadi yang kau bisikkan pada hana?kau mau menikah?”ucapnya setengah berteriak. Mukanya memerah menahan amarah.
“Maafkan aku, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku sudah melamar Mona, aku nggak mungkin membatalkan semuanya. Tapi, hana..”aku terdiam, air mataku meleleh.
“Kau ini laki-laki bukan sih?”ucap Rio geram.
“Aku tau, ini sangat rumit. Sejujurnya, aku lebih mencintai Hana dari pada Mona. Tapi, aku mengira kalau selama ini kalian pacaran. Ku pikir dia suka padamu. Aku hanya ingin melihat dia bahagia,”ucapku.
“Lalu, apa rencanamu?”tanya Rio.
“Entahlah,”jawabku.
“Sebagai laki-laki, kau harus tegas. Kalau tidak, bukan hanya Hana yang tersakiti tapi Mona juga,”ucap Rio menasehati.
“Lalu, aku harus bagaimana?bagaimana bisa aku menikahi Mona sementara Hana meregang nyawa?”ucapku sambil menjambak rambutku dengan kedua tanganku.
“Menikahlah, serahkan Hana padaku. Aku janji akan membahagiakannya,”ucap Rio.
Aku menatap Rio. Terdapat kesungguhan di matanya. Mungkin aku akan menyerahkan Hana padanya. Walaupun sejujurnya ini sangat berat. Aku sudah membuatnya mederita. Aku tak pantas bahagia.
Tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar Hana.
“Mas, mas Rio....”teriak Hana.
Rio segera berlari ke kamar Hana.
“Iya, mas di sini,”ucap Rio sambil menggenggam tangan Hana. Entah kenapa aku begitu cemburu melihatnya.
“aku takut, jangan tinggalin aku sendirian,”ucap Hana manja.
“gak, kamu nggak sendirian lagi kok, ada mas di sini,”ucap Rio lagi.
“Ada aku juga Han,”ucapku sambil tertawa.
Hana cuma tersenyum.
“Maafin aku ya,” ucapku sambil mengusap dahinya.
“Aku yang salah,”ucap Hana sambil tersenyum.
“Kalau begitu kamu istirahat. Ayo bobo lagi,” ucap Rio sambil tersenyum.
Hana memandang Rio sambil mengeratkan genggaman tangannya.
“jangan tinggalin aku lagi mas, jangan pergi dulu sebelum ibu datang,”ucap Hana.
“iya, mas di sini. Ada Kevin juga kan. Tumben banget kamu manja kayak gini?”ucap Rio.
“Aku sudah terbiasa bangun dan melihat mas Rio, jadi tadi pas kebagun sendirian aku jadi takut,”ucap Hana lagi.
Melihat Hana seperti itu aku jadi sedikit lega. Sepertinya kata-kata Rio salah. Orang yang di cintai Hana bukan aku melainkan Rio.
Rio POV
Nggak biasanya Hana manja begini di depanku, apalagi di sini ada Kevin. Jujur saja aku seneng banget. Aku yakin, aku bisa membuat Hana melupakan Kevin.
Dulu waktu masih di Inggris, aku selalu membayangkan ketika pulang ke Indonesia nanti, Hana pasti akan menyambutku. Dia akan memelukku seperti biasa saat dia menungguku pulang sekolah. Aku rindu saat-saat itu. Aku sengaja tidak berkomunikasi sama dia karena aku ingin konsentrasi belajar di sini. Aku nggak peduli apa yang akan dia bilang padaku waktu aku pulang nanti. Apa dia akan menangis karena terlalu merindukanku ya?haa PD nya aku.
Kenyatan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Karena kuliahku sudah selesai, aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Mulanya papa melarangku pergi. Tapi, aku berhasil meyakinkan papa. Aku bilang aku ingin menjemput orang yang kucintai. Tapi, aku terkejut ketika pulang ke Indonesia aku melihat gadis yang ku cintai terkapar tak berdaya di dekat pintu masuk toilet wanita di kafe favoritku dan dia dulu.
Dan kenyataan pahit yang harus aku terima adalah dia menderita leukimia lebih parahnya lagi, dia sudah melupakanku. Dia mencintai pria lain. Aku hanya ingin melihat Hana bahagia, jadi aku megesampingkan perasaanku padanya. Tapi, mendengar orang yang Hana cintai ternyata tidak peka dan bahkan dia akan menikah dengan orang lain entahlah, aku tidak bisa menggambarkan perasaanku. Aku tidak tau harus senang ataukah sedih. Aku hanya ingin Hana bahagia seperti dulu sebelum kutinggalkan ke Inggris. Aku akan berusaha menyembuhkannya.
“Hana..”bisikku sambil menggenggam tangannya.
“iya mas,”katanya sambil tersenyum. Sementara Kevin masih setia membelai-belai rambut Hana.
“Kita menikah saja,”ucapku sungguh-sungguh.
Aku melihat Kevin membelalakkan matanya. Sementara Hana matanya berkaca-kaca.
“Rio, kau gila, Hana sedang sakit,”geram Kevin.
Aku masih menatap Hana dengan sungguh-sungguh. Aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan Kevin.
“Mas Rio,” ucap Hana lirih.
“Ya,”kataku.
“Aku senang,”ucapnya sambil tersenyum.
Kevin membelalakan matanya.
“Sudah ku duga, Hana lebih mencintaimu Rio,”ucap Kevin sambil menepuk pundakku.
Aku menetapnya heran. Sementara Hana hanya tersenyum.
“Aku sadar, yang aku butuhkan cuma mas Rio,”ucap Hana.
Aku tersenyum, begitu juga Kevin.
“Dari dulu juga begitu kan mas?”tanyanya lagi.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
“hmm..karena kamu mau menikah dengan Rio, jadi.. aku boleh dong menikah dengan Mona?”ucap Kevin tiba-tiba.
Mendengar itu Hana langsung tertawa. Sedangkan aku Cuma tersenyum.
“Serius Hana, apanya yang lucu?”ucap Kevin tersipu.
“Dari dulu kan kau selalu nempel sama Mona. Jadi aku nggak kaget kalau kau mau menikah dengannya, tapi, emangnya Mona mau nikah sama kamu?”ucap Hana sambil tertawa.
Aku juga ikut tertawa.
“Ya, jelas mau lah, mana mungkin Mona menolak pria setampan aku, yang sampai membuat seorang Hana melupakan cintanya sama Rio,”ucap Kevin sambil tertawa.
“Memang sih, ku akui, dulu aku sempet suka sama kamu, tapi rasa sayangku ke mas Rio takkan pudar begitu saja,”ucap Hana sambil tersenyum.
“Udah..udah..kamu istirahat dulu,”ucapku sambil membelai rambutnya.
“Kalau begitu aku pamit pulang dulu, Hana, get well soon,”ucap Kevin.
“lain kali ajak Mona ke sini,”ucap Hana.
Kevin mengangguk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

home

adobe (1) Adobe Illustrator (1) aktor (1) aktor Jepang (1) angka (1) cemara (1) cinta (1) dani (1) dani pedrosa (1) daniel (1) design (1) dokter (1) dorama (3) fans (1) Favorit (1) hardware (1) honda (1) huruf (1) ideologi (1) Ikemen (1) install (1) itazura (1) japan (1) jepang (1) kampus (1) kewarganegaraan (1) keyboard (1) kiss (1) komputer (1) kotoko (1) kuliah (1) laptop (1) love story (1) man (1) motogp (1) naoki (1) ogurin (1) Pancasila (1) pedrosa (1) perawat (1) PKK (1) poor (1) rich (1) sabadel (1) satomi (1) satomi ishihara (1) shun (1) shun oguri (1) software (1) spanyol (1) Tama (1) Tamamori Yuta (1) tokyo (1) tombol (1) tugas (1) tutorial (1) vektor (1) woman (1) Yuta (1)